MAKALAH KOMPOS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Sekolah yang bersih, nyaman dan indah sangat mendukung terhadap proses pembelajaran. Namun sebaliknya dengan sekolah yang kotor yang dapat menimbulkan banyak penyakit bagi masyarakat sekolah  itu sendiri. Penyakit-penyakit itu muncul dari banyak factor. Salah satunya adalah factor sampah. Membuang sampah bekas minuman dan makanan ringan sembarangan ke bawah meja, ke dalam loker, ke belakang lemari dan lain sebagainya dapat menyebabkan pertumbuhan nyamuk dan nyamuk ini dapat menyebabkan penyakit seperti Demam Berdarah (DBD) dan lain sebagainya. Selain itu penanggulangan sampah yang tidak baik juga dapat menyebabkan lingkungan yang kotor. Kesadaran akan membuang sampah pada tempatnya dan tempat sampah yang memadai dapat mengurangi sampah yang berserakan.
Dari data hasil observasi kelompok kami, sampah yang terdapat di sekolah terdapat dua macam yaitu sampah organic dan sampah anorganic. Sampah organic yang terdapat disekolah seperti daun kering, sisa makanan dan sisa potongan buah-buahan sedangkan sampah anorganiknya seperti plastic bekas makanan dan plastic bekas minuman. Keadaan sampah tersebut disekolah kami ternyata lebih banyak sampah anorganik dari pada sampah organic  karena hampir disetiap tempat sampah yang terdapat di depan kelas setiap harinya selalu dipenuhi sampah anorganik. Sampah-sampah organic disekolah biasanya banyak terdapat di tempat upacara bendara, di lapangan basket, di tempat parkiran, di depan lab kimia dan di belakang aula yang pada umumnya terdapat banyak pohon. Sampah-sampah tersebut sangat berserakan karena kurangnya penanggulangan sampah dari pihak sekolah. Untuk sampah anorganik banyak yang berserakan karena kurangnya kesadaran masyarakat sekolah tentang membuang sampah pada tempatnya. Selain itu keadaan tempat sampah yang tidak memadai seperti tempat sampah yang telah rusak, kurangnya tempat sampah B3. Untuk sampah organic juga banyak yang berserakan  hal ini disebabkan karena banyak pohon yang menggugurkan daunnya setiap hari tetapi  guguran daun-daun tersebut tidak dibersihkan setiap hari tetapi dibersihkannya hampir tiga hari sekali itu juga oleh petugas kebersihan sekolah.
Seharusnya kesadaran masyarakat sekolah tentang membuang sampah pada tempatnya harus lebih di tingkatkan lagi supaya tidak ada banyak lagi sampah yang berserakan. Selain itu sekolah harus menyediakan tempat sampah yang lebih memadai dan lebih banyak menyediakan tempat sampah B3. Untuk daun-daun yang berserakan di lingkungan sekolah seharusnya tidak di bersihkan tiga hari sekali tetapi stiap hari itupun tidak dibersihkan oleh petugas kebersihan sekolah saja tetapi oleh seluruh masyarakat sekolah karena kebersihan bukan hanya tanggung jawab petugas kebersihan sekolah tetapi seluruh masyarakat sekolah.
Dari hasil observasi kelompok kami, kami mengambil solusi untuk menanggulangi sampah organic yang ada di sekolah, meskipun sampah organic di sekolah kita lebih sedikit dari pada sampah anorganik. Karena penanggulangan sampah organic di sekolah kita belum ada dibandingkan dengan penanggulangan sampah anorganik yaitu dengan cara menjualnya kembali.

1.2.           Tujuan
1.      Memenuhi salah satu ujian praktek mata pelajaran PLH
2.      Mengidentifikasi sampah yang terdapat disekolah
3.      Mencari solusi cara mengelola sampah disekolah

1.3.    Manfaat
1.      Menginformasikan jenis-jenis sampah yang ada di sekolah
2.      Menginformasikan cara pengelolaan sampah yang ada di sekolah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.    Observasi

LEMBAR OBSERVASI

1.                  Lokasi                         : Lingkungan sekolah SMAN 1 Singaparna
2.                  Tanggal Observasi     : 1 Oktober 2011
3.                  Observer                     : Azis Munawar G
Desi Intan P
Eulis Nurhasanah
Hendriyana Taupik
Mega Medina A
Ratnasari
Siti Maesaroh
Windy Herdiansyah

Table Observasi
No
Unsur yang diamati/ diobservasi
Kondisi Lingkungan
Keterangan
Baik
Cukup
Kurang
1
Sampah

ü


2
Tempat sampah


ü







2.2.    Identifikasi

LAMPIRAN IDENTIFIKASI

1.      Lokasi                         : Lingkungan sekolah SMAN 1 Singaparna
2.      Tanggal Observasi     : 3 Oktober 2011
3.      Observer                     : Azis Munawar G
  Desi Intan P
  Eulis Nurhasanah
  Hendriyana Taupik
  Mega Medina A
  Ratnasari
  Siti Maesaroh
  Windy Herdiansyah

Table Identifikasi
No.
Macam/ identifikasi
Kategori
Keterangan
Banyak
Sedang
Sedikit
1
Sampah organic

ü

1.      Daun kering
2.      Sisa makanan
3.      Sisa potongan buah-buahan
2
Sampah anorganik
ü


1.      Plastic bekas makanan
2.      Plastic bekas minuman



2.3.    Solusi

LAMPIRAN SOLUSI

Tabel Solusi
No
Alternative pemecahan
Keuntungan
Kerugian
1
Mengolah sampah organic menjadi pupuk
ü Dapat mengurangi sampah organic yang ada di lingkungan sekolah
ü Banyak manfaatnya dari segi:
- aspek ekonomi
- aspek lingkungan
- aspek bagi tanah/ tanaman.
dan banyak lagi yang lainnya.
ü Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama
ü Aromanya yang tidak sedap
2
Mengolah sampah anorganik menjadi kerajinan
ü Dapat mengurangi sampah anorganik yang ada di lingkungan sekolah
ü Dapat menghasilkan nilai ekonomis

ü Proses pembuatannya lama tergantung susah atau tidaknya pembuata bahan anorganik tersebut






2.4.    Pembahasan Umum
Pengertian sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka Sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya:
Berdasarkan sumbernya
1.                  Sampah alam
2.                  Sampah manusia
3.                  Sampah konsumsi
4.                  Sampah nuklir
5.                  Sampah industri
6.                  Sampah pertambangan
Berdasarkan sifatnya
1.            Sampah organik - dapat diurai (degradable)
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
2.            Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.
Berdasarkan bentuknya
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai:

Sampah Padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:
1.      Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
2.      Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
o   Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
o   Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.

 

Sampah Cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
·         Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
·         Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan.

Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

Sampah manusia

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.
Limbah radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan kehidupan dan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).

2.5.    Pembahasan Khusus
Pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah meliputi pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan , atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. Salah satu pengelolaan sampah adalah dengan pembuatan kompos dari sampah organic.

PEMBUATAN KOMPOS DARI SAMPAH ORGANIK
Daun-daun yang luruh dari pohon pelindung, jika setiap hari tidak disapu tentu mengotori jalan. Langkah pertama sebelum mengolah sampah adalah memilah sampah organik (sisa makanan, sayuran, kulit buah-buahn, daun, dll) dan anorganik (seperti kertas plastik, kaca, logam, dll) mengubah sampah organik menjadi kompos adalah salah satu cara mengatasi masalah sampah disekolah.

Bagaimana kompos terjadi
·               sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh ratusan jenis mikroba (bakteri, jamur, ragi) dan berbagai jenis binatang kecil yang hidup di tanah.
·               Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu yaitu : Suhu, kelembaban dan oksigen.
·               makin sesuai kondisinya makin cepat pembentukan kompos dalam waktu sekitar 6 minggu sudah matang.
·               Apabila sampah ditimbun saja akan terjadi pembusukan

Proses Pengomposan
·               di tempat pengomposan, mula-mula sejumlah besar bakteri akan mengunyah serpihan sampah.
·               kemudian jamur dan protozoa (jasad renik bersel satu) akan menyerbu, terlihat adanya lapisan putih di permukaan kompos. Ini adalah jamur dan actinomycetes
·               Selanjutnya kompos dapat dijadikan tempat berkembangnya serangga dan cacing karena banyak sumber makanannya


Bahan organik + oksigen à kompos + gas CO2 + air (H2O) + Panas
·               Pada pembuatan kompos satu adonan sekaligus minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja sehingga suhu mencapai 60-70 derajat Celcius. (Pada suhu sekitar 65 derajat Celsius selama 3-4 hari, bakteri patogen seperti tifus akan mati. Begitu pula biji gulma yang terbawa dalam potongan rumput)
·               Minggu ke -3 dan ke-4 suhu mulai turun menjadi sekitar 40 derajat Celsius.
·               Minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal seperti suhu tanah yaitu 30-32 derajat Celsius kompos sudah jadi.

Bahan baku kompos
No
Nama bahan dan alat
Satuan
Harga
1.
Wadah
1 buah
-
2.
Pengaduk
1 buah
-
3.
kotoran sapi
1 ½ kg
Rp. 5000,00
4.
EM4
1 botol
Rp 14.000,00
5.
sampah organic
¼ kg
-
6.
dedak (makanan ayam)
½ kg
Rp. 2000,00
7.
gula pasir
¼ kg
Rp. 2300,00
8.
Rapia
1 buah
Rp. 500,00
9.
Transportasi

Rp. 10.000,00
Jumlah
Rp. 32.800,00

Kelembaban 
·               Air sangat diperlukan bagi kehidupan mikroba yang bekerja dalam proses pengomposan
·               terlalu banyak air akan mematikan mikroba aerob, sehingga yang bekerja adalah mikroba anaerob, terjadi proses pembusukan. maka tempat pengomposan sebaiknya tidak langsung terkena air hujan.
·               terlalu kering akan menimbulkan dehidrasi bagi mikroba, pengomposan akan berjalan sangat lambat
·               kelembaban yang optimal adalah sekitar 50-60% yaitu bahan kompos terasa basah seperti busa spon yang habis diperas tetapi airnya tidak sampai menetes.
·               jika tumpukan kompos terlihat kering karena airnya menguap, perlu diperciki air lagi.
Oksigen
·               Mikroba pembuat kompos perlu udara segar (oksigen) untuk tumbuh dan berkembang biak (mikroba aerob)
·               Jika udara habis, mikroba anaerob akan mengambil alih. Mereka menguraikan secara lebih lambat, menghasilkan gas metan yang beracun dan gas yang berbau seperti telur busuk. keluar air lindi yang hitam dan berbau busuk.
·               Pada lapisan sampah yang baru, masih terkandung cukup. Tetapi kalau mikroba sudah mulai tumbuh dan kompos sudah mulai terbentuk, mikroba ini memerlukan banyak oksigen sehingga perlu sering diaduk atau dibalik untuk memasukkan udara segar.

Cara Pengomposan Sampah organik.
1.      mencacah sampah organik menjadi kecil
2.      memasukkan sampah organik dan kotoran sapi ke dalam wadah
3.      mengaduk campuran tersebut hingga sampah organik tersebut menyatu dengan kotoran sapi
4.      menyiramkan EM4 dengan campuran EM4 sbb: 1Ltr air + 35ml EM4 (1 tutup botol 10ml) + ¼ kg gula pasir
5.      menaburkan dedak
6.      menutup rapat, jangan sampai udara masuk dan terkena sinar matahari karena proses pengomposan ini bersifat anaerob.

Pembalikan
  • untuk mengendalikan ketersediaan udara segar (oksigen) dan suhu dilakukan pembalikan setiap 7 hari sekali
  • jika adonan kompos kering perlu diperciki air
Pematangan
  • setelah prose pengomposan berjalan 4 minggu, suhu menurun mendekati suhu tanah. Pembalikan tetap dilakukan selama 2 minggu
  • Tanda-tanda kompos yang sudah matang antara lain :
1.               tidak terlihat bahan aslinya (daun) tetapi menjadi butiran seperti tanah
2.               tidak berbau sampah atau busuk, tetapi berbau tanah
3.               warna kehitaman atau coklat kehitaman
4.               suhu sama dengan suhu tanah
Pengayakan
  • kompos yang sudah matang diayak untuk memisahkan dari bahan-bahan yang kasar, misalnya ranting, potongan daun, biji-bijian atau kulit buah yang belum menjadi kompos karena terlalu besar atau keras.
  • Kompos kasar yang tertinggal diayakan dapat digunakan sebagai "biang" karena mengandung mikroba pengurai sampah, dapat dicampurkan ke dalam tempat pengomposan yang baru
Pengemasan
  • Kompos yang siap pakai dimasukkan ke dalam kantung-kantung plastik kedap air agar kelembaban terjaga
  • kompos yang terlalu basah perlu diangin-anginkan terlebih dahulu ditempat teduh


Pemeriksaan mutu kompos-kompos yang baik :
  1. tidak berbau busuk tetapi berbau tanah
  2. warna kehitaman atau coklat kehitaman, berbentuk butiran seperti tanah
  3. suhu sama dengan suhu tanah
  4. jika dimasukkan kedalam air seluruhnya tenggelam dan warna air keruh tetapi bening. Jika sebagian besar mengambang, berarti ada bahan yang belum menjadi kompos (dari pembusukan atau pembakaran sampah). Jika airnya keruh berarti mengandung air lindih dari pembusukan sampah
  5. jika digunakan untuk pupuk tidak tumbuh tanaman yang tidak dikehendaki (gulma)
Mempercepat pengomposan
  • memperkecil ukuran bahan, sampah dicacah dengan golok atau mesin pencacah
  • menambah activator, yaitu campuran mikroba yang dapat dibeli di toko pertanian yaitu bioaktivator atau effective microorganism (EM) dengan berbagai merk. Mikroba ini sifatnya baik karena membantu kita membunuh bakteri patogen.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan


Aspek bagi tanah/tanaman :

1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

 BAB III
PENUTUP
3.1.        Kesimpulan
Dari hasil observasi kelompok kami tentang penanggulangan sampah yang ada di sekolah, kami mengambil solusi untuk menangulangi sampah organic menjadi kompos. Meskipun dari hasil observasi, sampah organic jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sampah anorganic tapi penanggulangan sampah organic di sekolah kita belum ada, sedangkan penanggulangan sampah anorganik sudah ada yaitu dengan cara menjualnya kembali.
Pembuatan kompos dari sampah organic tidak terlalu sulit hanya memerlukan waktu yang cukup lama. Bahan-bahan pembuatannya pun tidak terlalu sulit untuk didapatkan yaitu seperti, sampah organic, kotoran sapi, dedak, gula pasir dan EM4.
Banyak sekali manfaat dari pembuatan kompos dari sampah organic yaitu selain mengurangi sampah organic yang ada di sekolah juga dapat menyuburkan tanah, menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman dan juga dapat menghasilkan nilai ekonomis.

3.2.        Saran
Untuk menjadikan sekolah yang nyaman dan terjaga akan kebersihannya, kita sebagai masyarakat lingkungan sekolah harus dapat menjaga kebersihan. Salah satunya dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Selain dengan cara membuang sampah pada tempatnya kita juga harus bisa cara untuk menanggulanginya baik sampah organic maupun anorganik.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alat Peraga Sederhana Fisika “Kapal Uap”

TOEFL SECTION 1